surabayasatu.com
    Facebook Twitter Instagram
    FRESH!
    • Pelatihan Juleha di Kampus Stikosa-AWS, Jalan Berkah Agar Daging Kurban Halal Dikonsumsi
    • PT Pertamina Hulu Indonesia Perkuat Strategi Dukung Pencapaian Target Operasi dan Bisnis 2023
    • Gubernur Khofifah Berharap Gedung Multazam RSUD Haji Jadi Penguat Kualitas Layanan
    • Gubernur Khofifah Berlakukan Pemutihan Pajak Kendaraan Selama 120 Hari
    • Jurus Investigasi ala Narasi TV, Gunakan Kesabaran hingga Open-Source Intelligence
    • Gara-gara Medsos, Jurnalis Foto pun Terpecah Dua Kutub
    • Di Balik Pemberangkatan Tugas Pasukan 527/BY, Ternyata Ada Sosok Wanita-wanita Tegar
    • Blusukan ke Dua Pasar di Mojokerto, Gubernur Khofifah Pastikan Stok Bahan Pokok Aman Hingga Lebaran
    Facebook Twitter Instagram
    surabayasatu.com
    • Beranda
    • Surabaya Raya
    • Jawa Timur
    • Nasional
    • Ekonomi
    • Gaya Hidup
    • Jaringan
      • Indonesia Images
      • EastJava Traveler
    • Kontak
    surabayasatu.com
    Home»Seni Budaya»Pandemi, Monolog Carut Marut Covid 19
    Seni Budaya

    Pandemi, Monolog Carut Marut Covid 19

    Roy SubarkahBy Roy SubarkahSelasa, 21 April 2020Tidak ada komentar5 Mins Read
    Facebook Twitter LinkedIn Email WhatsApp
    Pertunjukan Monolog Pandemi

    Munculnya Corona Virus Disease (Covid) 19 sejak 17 November 2019 di Wuhan, China cukup menggemparkan dunia. Wabah yang menjadi Pandemi global itu, hingga Minggu (19/4/2020) telah menyebar di 213 negara dengan jumlah korban positif lebih dari 2,1 juta orang dengan jumlah kematian lebih dari 146 ribu orang.

    Banyak langkah mitigasi diambil oleh tiap negara terjangkit. Namun, carut marut penanganan menjadikan virus berkembang semakin masif, termasuk di Indonesia. Menyikapi fenomena wabah itu, sekelompok seniman muda asal Surabaya dari Komunitas MASTER (Masih Suka Berteater) menyuguhkan pertunjukan pementasan drama Monolog berjudul Pandemi.

    “Virus Corona yang bergerak cepat membuat dunia bergerak seolah melambat. Banyak negara di dunia yang semakin kewalahan menangani Pandemi. Amerika, China, Italia, Spanyol, Jerman, dan banyak negara lain di dunia harus lockdown berjamaah. Termasuk Indonesia yang kini belum tuntas menghambat penyebaran Covid 19,” kata Penulis Naskah Pandemi, M. Afrizal Akbar, Selasa (21/4/2020).

    Pementasan Monolog itu, kata dia, sebagai bentuk evaluasi dan kritik tentang kegagapan dunia menyikapi Pandemi. Bahkan, lanjut dia, perdebatan banyak pihak tentang teori konspirasi atas senjata biologis menggunakan virus yang banyak menjadi wacana di pelbagai negara itu dibahas pula dalam pertunjukan.

    “Kegagapan penanganan Pandemi ini juga terjadi di Indonesia. Sejak awal Covid 19 ini dianggap lelucon oleh para pemimpin bangsa ini. Mitigasi virus dengan doa qunut, nasi kucing, susu kuda liar, minum jamu menjadi lelucon saat penyebaran Covid 19 masih belum terdeteksi. Walau sudah diingatkan WHO berulang kali, saat menyebar dan mewabah, pemerintah menjadi gagap dalam penanganannya,” kata pria yang juga menjabat Sekjen IKA Stikosa AWS tersebut.

    Selain itu, lanjut dia, dampak Pandemi juga melumpuhkan banyak sendi kehidupan di masyarakat. “Banyak pekerja dirumahkan hingga diPHK. Orang miskin baru mulai bertumbuh. Program bantuan pemerintah juga mulai digulirkan, dari dana bantuan bagi korban dan masyarakat terdampak. Namun tak sedikit pula yang belum bisa merasakan bantuan. Ini menjadi kritik juga yang kami sampaikan melalui pertunjukan,” jelasnya.

    Terkait rasa kemanusiaan, Monolog Pandemi ini menyuguhkan pesan tentang kekuatan masyarakat dalam bergotongroyong, peduli sesama, hingga ciptakan lumbung pangan mandiri tanpa sentuhan pemerintah. Di sisi lain, fakta satire juga disuguhkan saat banyak korban meninggal harus dicekal, rasa saling curiga, hingga tiba-tiba ada yang mati, setiap orang berlomba mengklaim itu Corona, seolah bergaya layaknya petugas medis yang jago mendiagnosa.

    Peran petugas medis dan paramedis sebagai benteng terakhir Pandemi juga menjadi fakta yang disampaikan aktor Pandemi. Termasuk nasib dokter dan perawat diusir dari tempat tinggalnya, bahkan harus meregang nyawa karena Corona.

    Di penghujung pertunjukan, pesan disampaikan tentang upaya preventif memutus penyebaran Covid 19. Namun berbeda dengan imbauan pemerintah, aktor menyampaikan kalimat satire dengan logika terbalik.

    Pementasan Monolog berjudul Pandemi itu diproses dan disutradarai oleh Ryan Herdiansyah. Seniman muda yang juga anggota Teater Lingkar Stikosa AWS itu sudah malang melintang di dunia kesenian, khususnya performance art. Pementasan yang difasilitasi Dewan Kesenian Kota Surabaya itu juga didukung oleh tim kreatif dari Teater Geo, Unipa.

    Sementara, Gegeh B. Setiadi yang menjadi aktor menyebutkan bahwa monolog berjudul Pandemi ini tentang kegagapan negara menangani pandemi Covid-19.

    “Ini adalah bagian dari upaya kami mempertahankan kreativitas dalam berkesenian. Di saat semua harus berhenti dengan social distancing, di tengah pandemi Covid-19, lakon Pandemi hadir. Lakon ini bercerita tentang kegagapan negara ketika terjadi pandemi Covid-19,” kata Gegeh.

    Gegeh menyampaikan bahwa lakon ini tetunya tidak berhenti, lantaran perkembangan pandemi Covid-19 masih terus berlangsung dan terjadi di tengah masyarakat. Tentu saja akan ada perkembangan penanganan, dari negara, juga dari masyarakat.
    “Kalau ditanya bagaimana kelanjutan lakon Monolog nanti, tentunya kami juga terus melakukan pemetaan, kami terus kaji bagaimana perkembangan masyarakat selanjutnya, sekaligus langkah pemerintah dalam penanganan pandemi ini,” ujar Gegeh.

    Meskipun pementasan teater seperti ini bukan yang pertama bagi Gegeh sebagai pemain, tetapi penampilan secara live melalui streaming adalah pengalaman pertama bagi Gegeh bersama seluruh pendukung pementasan monolog Pandemi.

    “Ini pengalaman pertama. Pengalaman pertama tampil secara streaming dengan internet. Sebelumnya kami pernah tampil dalam beberapa pementasan teater. Ini menarik lantaran kami juga pertama kali menggelar pementasan melalui daring,” pungkas Gegeh.

    Sutradara Pandemi, Ryan Herdiansyah mengatakan, proses pertunjukkan berbasis daring ini dikerjakan dengan cukup singkat, hanya satu minggu. “Tapi singkatnya proses produksi dan kreatif di naskah Pandemi ini bukan berarti emosi dan rasa yang kita tawarkan bukan sesuatu yang mendadak kita munculkan,” katanya.

    Menurutnya, menyutradarai naskah Pandemi ini memaksa dirinya untuk masuk kedalam dimensi imajinernya. “Mulai dari kondisi latar ruang, tokoh, sudut pandang, perasaan dan nuansa. Proses penyutradaraan naskah ini rasanya sangat intim, sangat dekat dan rasa takut, amarah, sedih, kecewa yang dirasakan di naskah ini juga saya rasakan di kehidupan nyata,” terangnya.

    “Pertunjukkan ini adalah sejelas jelasnya cermin dari kemanusiaan yang sudah di khianati oleh manusia,” imbuhnya.

    Pentas Monolog Pandemi akan digelar pada hari Rabu (22/4/2020) besok pukul 19.30 WIB. Pertunjukan juga digelar dengan menerapkan protokol Covid 19 termasuk social dan physical distancing.

    “Pertunjukan Monolog Pandemi ini hanya menampilkan seorang aktor yang diperankan Gegeh B. Setiadi dibantu tim kreatif dan produksi dari gabungan Teater Lingkar dan Teater Geo. Tentunya dipentaskan tanpa penonton dan disiarkan live melalui instagram lewat akun @komunitas.master dan @teater_lingkar,” kata Manajer Produksi, Aditya Poundra.

    “Kami juga membuka donasi untuk korban Pandemi Covid 19 sebelum dan saat pertunjukan digelar. Bantuan donasi itu dapat di transfer melalui rekening BCA 5120255144 a/n Syskaliana atau OVO / Gopay / Link Aja / Dana di nomer 082141597499. Seluruh donasi akan kami sumbangkan bagi korban Covid 19,” pungkasnya.

    Afrizal Akbar Covid-19 Gegeh B. Setiadi Ika Stikosa AWS ikatan alumni Komunitas MASTER Masih Suka Berteater Monolog Monolog Pandemi Pandemi pilihan editor Ryan Herdiansyah Stikosa AWS Teater Geo Teater Lingkar
    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Roy Subarkah

    Berita Lainnya

    PT Pertamina Hulu Indonesia Perkuat Strategi Dukung Pencapaian Target Operasi dan Bisnis 2023

    Sabtu, 15 April 2023

    Gubernur Khofifah Berharap Gedung Multazam RSUD Haji Jadi Penguat Kualitas Layanan

    Sabtu, 15 April 2023

    Gara-gara Medsos, Jurnalis Foto pun Terpecah Dua Kutub

    Selasa, 4 April 2023

    Pelindo Petikemas Alihkan Pengelolaan TPK Belawan ke Anak Perusahaan

    Sabtu, 1 April 2023

    Program Mudik Gratis Pemprov Jatim, Pendaftarannya Dibuka Hari Ini Secara Online

    Senin, 27 Maret 2023

    Kapolda Jatim : Isu Penculikan Anak itu Hoax

    Sabtu, 4 Februari 2023

    Leave A Reply Cancel Reply

    Berita Terbaru

    Pelatihan Juleha di Kampus Stikosa-AWS, Jalan Berkah Agar Daging Kurban Halal Dikonsumsi

    Minggu, 4 Juni 2023

    PT Pertamina Hulu Indonesia Perkuat Strategi Dukung Pencapaian Target Operasi dan Bisnis 2023

    Sabtu, 15 April 2023

    Gubernur Khofifah Berharap Gedung Multazam RSUD Haji Jadi Penguat Kualitas Layanan

    Sabtu, 15 April 2023

    Gubernur Khofifah Berlakukan Pemutihan Pajak Kendaraan Selama 120 Hari

    Jumat, 14 April 2023

    Jurus Investigasi ala Narasi TV, Gunakan Kesabaran hingga Open-Source Intelligence

    Jumat, 14 April 2023

    Gara-gara Medsos, Jurnalis Foto pun Terpecah Dua Kutub

    Selasa, 4 April 2023
    © 2023surabayasatu.com | info surabaya nomor satu
    • Beranda
    • Disclaimer
    • Iklan
    • Kontak
    • Pedoman Pemberitaan Media Siber
    • Redaksi

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.