SurabayaSatu, SURABAYA – Apa yang terjadi jika sepasang suami istri bicara cinta melalui karya seni. Jika pertanyaan ini disodorkan pada Dedok dan Grace, energi itu akan tertuang dalam pameran karya seni rupa bertajuk ‘LoveTalk’.
Dalam pameran yang digelar di Galeri Paviliun House of Sampoerna, 15 Februari hingga 9 Maret 2019, mereka menterjemahkan LoveTalk sebagai proses harmonisasi cinta yang dinamis, sebagai upaya menjaga semangat kreatifitas dan apresiasi dalam berkarya.
Wujud nyata lainnya adalah karakteristik garis dan warna yang variatif, namun tetap senada.
Diakui keduanya di sela pembukaan pameran, cerita cinta itu bersumber dari pengalaman pribadi. Lalu dituang dalam 35 karya, baik dua maupun tiga dimensi. Pelajaran berharga yang dialami dalam mengatasi dan merespons persoalan hubungan manusia dengan sesama, dengan alam, dan Tuhan baik yang berdampak pada hal-hal materiel hingga spiritual.
Lika-liku hidup digambarkan dengan teknik kartunal yang dipengaruhi oleh budaya kedua perupa yang berbeda, budaya peranakan dan Bali. Penggambaran tersebut dapat dilihat pada karya Dedok yang berjudul ‘We’re Together and Harmony’.
Imajinasi Dedok dituangkan kedalam bentuk lukisan berwujud dua manusia berkepala pohon. Selaras dengan Dedok, ketertarikan Grace pada relasi ikatan cinta yang lebih universal diwujudkannya dalam karya berjudul ‘Living Live in Peace’.
Karya ini dilukiskan oleh Grace dalam visual manusia dari berbagai ras dan budaya.
“Pergelaran karya ini diharapkan mampu meletakkan kembali dasar filsafat cinta tanpa batas subjek-objek dan ruang waktu,” harap Dedok.
Dikatakan, perbedaan itu indah, kesatuan dan perdamaian itu membutuhkan perbedaan yang menjadikannya harmoni. Dan pada akhirnya cinta tidak sekedar retorika yang indah untuk dilisankan, untuk menenangkan dan menyenangkan orang lain namun bisa membuka kesadaran mengenai hakekat cinta dan manifestasinya.