surabayasatu.com
    Facebook Twitter Instagram
    FRESH!
    • Polda Jatim Berhasil Ungkap Komestik Palsu, Dua Tersangka Penjual Diamankan
    • Jatim Raih Penghargaan Top 7 Exhibitors Culture Fest 2022 Kemenpan-RB, Gubernur Khofifah: Bukti Komitmen Pemprov Pacu Birokrasi Kelas Dunia
    • Luncurkan IKI Investasi Jatim dan JOSS Gandos di JILFA 2023, Gubernur Khofifah Optimis Jadi Penguat Ekosistem Investasi yang Clean and Clear
    • Polisi Berhasil Menangkap Komplotan Curanmor 26 TKP di Surabaya
    • Polres Ngawi Ungkap Pencurian Mesin Bajak Sawah di 21 TKP, Tiga Tersangka Berhasil Diamankan
    • Domba, Alternatif Ternak Pascawabah PMK
    • Perppu Ciptaker tak Ada Kaitan dengan Konflik Rusia-Ukraina, Ini Penjelasan Pakar
    • Masuki Usia Satu Abad, NU Emban Mandat Pengembangan Peradaban
    Facebook Twitter Instagram
    surabayasatu.com
    • Beranda
    • Surabaya Raya
    • Jawa Timur
    • Nasional
    • Ekonomi
    • Gaya Hidup
    • Jaringan
      • Indonesia Images
      • EastJava Traveler
    • Kontak
    surabayasatu.com
    Home»Nasional»Kalau Uang Bisa Habis, Kalau Ilmu Tidak
    Nasional

    Kalau Uang Bisa Habis, Kalau Ilmu Tidak

    RedaksiBy RedaksiSenin, 15 Juni 2020Tidak ada komentar3 Mins Read
    Facebook Twitter LinkedIn Email WhatsApp
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2020 pada hari ini (1/6) mengadakan diskusi secara online tentang pendidikan untuk berbagi inspirasi sekaligus menjaring anak muda di seluruh pelosok Indonesia yang berkontribusi bagi sekitarnya.

    Dengan tema “Pendidikan Kunci Peradaban”, penyanyi Tasya Kamila dan penerima SATU Indonesia Awards 2019 bidang pendidikan Ai Nurhidayat hadir menjadi nara sumber. Ai Nurhidayat atau yang dikenal dengan “Penjaga Toleransi Multikultural” berbagi kisah tentang pendidikan dari pengalamannya, sedangkan Tasya bercerita tentang pentingnya menempuh pendidikan.

    Popularitas dan kesuksesan di dunia hiburan terkadang membuat banyak selebritas lebih memilih profesinya dibandingkan dengan pendidikan mereka. Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk Tasya. Penyanyi yang sudah terjun ke dunia musik sejak usia tujuh tahun ini pun rela meninggalkan Indonesia demi kuliah di negeri orang.

    “Dari usia muda, saya sudah merasakan sukses. Tapi, saya tidak mau berada di situ saja. Saya mau berkembang dan salah satunya adalah dengan mencari ilmu. Kalau uang bisa habis, tapi kalau ilmu, tidak akan pernah habis,” ujar Tasya.

    Mengapresiasi Keberagaman

    Sementara bagi Ai Nurhidayat, pendidikan merupakan hal penting dalam mewujudkan gerakan masyarakat untuk mengapresiasi keberagaman di Indonesia. Bersama dengan temantemannya di Dusun Cikubang, Desa Cintakarya, Kecamatan Parigi Pangandaran Jawa barat, Ai menginisiasi kelas multikultural dan menerima siswa dari seluruh pelosok negeri agar mereka dapat hidup bersama dan membangun koneksi antar ras, suku, agama, budaya serta tingkat ekonomi.

    Gerakan ini berawal dari pertemuannya dengan seorang guru yang mengajar di SMK Bakti Karya yang hampir gulung tikar karena muridnya sedikit. Ai dan kawan-kawannya pun berinisiatif menyelamatkan sekolah tersebut dan mengintegrasikannya dengan Komunitas Sabalad pada tahun 2014.

    Di SMK Bakti Karya, para siswa dari berbagai pulau di Indonesia belajar tentang multimedia, ekologi hingga 60 materi pokok multikulturalisme yang mengacu pada lima konsep dasar yakni penanaman nilai toleransi, semangat perdamaian, semangat berjaringan, berbudaya dan pembelajaran aktif. Konsep belajar di luar ruangan juga banyak dilakukan oleh para murid SMK Bakti Karya seperti bercocok tanam, aktif dalam kegiatan masyarakat hingga turut berpartisipasi dalam kegiatan tradisi daerah.

    Selain itu, siswa juga diajarkan membuka jalan pengetahuan tentang pandangan dunia dan referensi kerja dalam kelas profesi. Mereka juga diajak untuk menjadi agen perdamaian dalam kegiatan ekspresi perdamaian sekolah multikultural yang diajarkan dalam program “Splash The Peace.”

    Hingga tahun 2019, kelas multikultural telah meluluskan 35 siswa dari 6 provinsi. Hingga kini terdapat 250 relawan dan kakak asuh yang turut membantu perjuangan Ai dan kawankawannya.

    “Keinginan masyarakat dunia adalah mencapai perdamaian. Caranya bagaimana? Mempertemukan orang yang berbeda-beda, berinteraksi dalam jangka waktu yang cukup untuk saling memahami, mengenal, menciptakan sesuatu yang baru dan belajar dari kebudayaan lain. Setelah itu otomatis akan beradaptasi, otomatis akan bertoleransi dengan yang lain,” kata Ai Nurhidayat.

    Sama seperti tahun sebelumnya, SATU Indonesia Awards menjaring anak muda hingga ke seluruh pelosok Indonesia yang tak kenal lelah memberikan manfaat bagi sekitarnya. Apresiasi diberikan kepada lima anak bangsa atas setiap perjuangan di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, Teknologi serta satu kategori yaitu kelompok yang mewakili bidang tersebut.

    Pada tahun ini, Astra juga memberikan tambahan kategori apresiasi khusus kepada para pejuang tanpa pamrih di tengah pandemi COVID-19. Meskipun pandemi di negeri ini belum berakhir, tetapi tidak menyurutkan minat pemuda Indonesia untuk mendaftarkan dirinya atau sosok yang dinilai pantas mendapatkan apresiasi ini.

    Sejak pendaftaran dibuka pada 2 Maret 2020, jumlah pendaftar SATU Indonesia Awards 2020 telah mencapai lebih dari 2.000 pendaftar. Target jumlah pendaftar tahun ini diharapkan dapat melampaui jumlah pendaftar tahun 2019 yang mencapai 8.654 pendaftar.

    SATU Indonesia Awards telah mengapresiasi 305 anak muda, yang terdiri dari 59 penerima tingkat nasional dan 246 penerima tingkat provinsi. Selain memberikan apresiasi kepada tiap pemenang berupa dana Rp60 juta, Astra juga memberikan pembinaan kegiatan secara berkelanjutan.

    Bagikan ini:

    • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
    • Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
    • Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
    • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
    • Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru)
    corona Covid-19 pilihan editor Tasya Kamila
    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Redaksi

    Berita Lainnya

    Polisi Berhasil Menangkap Komplotan Curanmor 26 TKP di Surabaya

    Kamis, 2 Februari 2023

    Polres Ngawi Ungkap Pencurian Mesin Bajak Sawah di 21 TKP, Tiga Tersangka Berhasil Diamankan

    Kamis, 2 Februari 2023

    Perppu Ciptaker tak Ada Kaitan dengan Konflik Rusia-Ukraina, Ini Penjelasan Pakar

    Kamis, 2 Februari 2023

    Masuki Usia Satu Abad, NU Emban Mandat Pengembangan Peradaban

    Rabu, 1 Februari 2023

    Gandeng Stikosa-AWS, Polda Jatim Gelar Pelatihan Content Creator bagi Humas Polres

    Rabu, 1 Februari 2023

    Lakukan Audiensi dengan Kapolda Jatim, AMSI Harap bisa Antisipasi Potensi Friksi Sosial di Tahun Politik

    Rabu, 1 Februari 2023

    Leave A Reply Cancel Reply

    Berita Terbaru

    Polda Jatim Berhasil Ungkap Komestik Palsu, Dua Tersangka Penjual Diamankan

    Kamis, 2 Februari 2023

    Jatim Raih Penghargaan Top 7 Exhibitors Culture Fest 2022 Kemenpan-RB, Gubernur Khofifah: Bukti Komitmen Pemprov Pacu Birokrasi Kelas Dunia

    Kamis, 2 Februari 2023

    Luncurkan IKI Investasi Jatim dan JOSS Gandos di JILFA 2023, Gubernur Khofifah Optimis Jadi Penguat Ekosistem Investasi yang Clean and Clear

    Kamis, 2 Februari 2023

    Polisi Berhasil Menangkap Komplotan Curanmor 26 TKP di Surabaya

    Kamis, 2 Februari 2023

    Polres Ngawi Ungkap Pencurian Mesin Bajak Sawah di 21 TKP, Tiga Tersangka Berhasil Diamankan

    Kamis, 2 Februari 2023

    Domba, Alternatif Ternak Pascawabah PMK

    Kamis, 2 Februari 2023
    © 2023surabayasatu.com | info surabaya nomor satu
    • Beranda
    • Disclaimer
    • Iklan
    • Kontak
    • Pedoman Pemberitaan Media Siber
    • Redaksi

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.